Industri Web3 Menghadapi Kendala Perkembangan di Singapura
Web3 sebagai perwakilan internet generasi berikutnya, dengan sifatnya yang terdesentralisasi, mandiri, aman, dan transparan, sedang membentuk kembali bidang teknologi finansial. Aplikasi inovatif seperti pembayaran lintas batas, mata uang yang dapat diprogram, perdagangan aset digital, dan tokenisasi terus muncul. Namun, Singapura yang dulunya dianggap sebagai pusat internasional Web3, kini menghadapi tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Dalam beberapa tahun terakhir, beberapa perusahaan Web3 terkenal memilih untuk meninggalkan Singapura dan memindahkan markas mereka ke negara lain. Misalnya, platform kontrak pintar Zilliqa pindah ke London, protokol bursa terdesentralisasi Kyber Network pindah ke Israel, platform layanan cryptocurrency pindah ke Hong Kong, dan platform pertukaran data blockchain Interconnections pindah ke Australia. Tren ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan industri tentang prospek pengembangan sektor Web3 di Singapura.
Perubahan lingkungan kebijakan adalah salah satu faktor penting yang menyebabkan fenomena ini. Pada Januari 2020, Singapura menerapkan "Undang-Undang Layanan Pembayaran", yang memberikan sistem lisensi untuk layanan token pembayaran digital, yang sempat dianggap sebagai dukungan untuk industri Web3. Namun, pada Oktober 2022, Otoritas Moneter Singapura mengusulkan serangkaian langkah regulasi yang bertujuan untuk melindungi konsumen dan mencegah risiko, langkah-langkah ini dapat meningkatkan biaya operasional dan risiko kepatuhan bagi perusahaan, serta mengurangi vitalitas pasar.
Sementara itu, wilayah lain sedang aktif memajukan kebijakan yang ramah Web3. Misalnya, Hong Kong berencana untuk menerapkan sistem lisensi aset virtual baru pada Juni 2023, yang memungkinkan platform yang berlisensi untuk menyediakan layanan kepada investor ritel dan membuka perdagangan derivatif. Perbandingan ini membuat lingkungan kebijakan Singapura terlihat relatif konservatif.
Arah aliran dana juga merupakan faktor kunci. Pada paruh kedua tahun 2022, ketidakpastian ekonomi global meningkat, dan volatilitas pasar cryptocurrency semakin meningkat, yang menyebabkan sebagian dana ditarik dari bidang Web3 atau mengurangi investasi. Sementara itu, negara dan wilayah lain menawarkan insentif pajak dan kebijakan subsidi yang lebih menarik. Misalnya, Swiss telah mengesahkan "Undang-Undang Blockchain", yang memberikan kerangka hukum yang jelas dan ramah bagi perusahaan Web3, serta memiliki bank cryptocurrency terbesar di dunia yang menyediakan layanan profesional untuk perusahaan Web3.
Kehilangan bakat juga merupakan tantangan yang dihadapi Singapura. Pada paruh kedua tahun 2022, Singapura memperketat kebijakan pembatasan terhadap populasi asing, sementara permintaan untuk bakat Web3 meningkat di daerah lain. Misalnya, Estonia meluncurkan visa pengembara digital yang memungkinkan pekerja jarak jauh untuk tinggal lama di negara tersebut dan menikmati layanan digital serta kesejahteraan sosial.
Selain itu, biaya hidup yang tinggi di Singapura juga merupakan faktor yang tidak dapat diabaikan. Dilaporkan bahwa individu lajang memerlukan sekitar 3.300 dolar Singapura per bulan untuk biaya hidup, sedangkan keluarga dengan tiga orang memerlukan sekitar 4.800 dolar Singapura, tidak termasuk biaya pendidikan. Sebagai perbandingan, negara-negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, dan Indonesia menawarkan biaya hidup yang lebih rendah, menarik beberapa pelaku Web3.
Menghadapi tantangan ini, Singapura perlu meninjau kembali strategi Web3-nya, menemukan keseimbangan antara melindungi kepentingan investor dan mendorong inovasi industri. Sementara itu, penguatan pengembangan bakat, pengoptimalan lingkungan bisnis, dan penyediaan dukungan kebijakan yang lebih kompetitif akan menjadi kunci. Meskipun saat ini menghadapi kesulitan, berkat fondasi keuangan yang kuat dan kemampuan inovasi teknologi, Singapura masih memiliki potensi untuk memainkan peran penting dalam ekosistem Web3 global.
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
14 Suka
Hadiah
14
3
Bagikan
Komentar
0/400
RugpullSurvivor
· 11jam yang lalu
Lari cukup cepat ya, investor ritel belum menarik diri sudah lari duluan.
Industri Web3 Singapura menghadapi tantangan: perusahaan pindah ke luar, pengaturan yang lebih ketat, kehilangan bakat
Industri Web3 Menghadapi Kendala Perkembangan di Singapura
Web3 sebagai perwakilan internet generasi berikutnya, dengan sifatnya yang terdesentralisasi, mandiri, aman, dan transparan, sedang membentuk kembali bidang teknologi finansial. Aplikasi inovatif seperti pembayaran lintas batas, mata uang yang dapat diprogram, perdagangan aset digital, dan tokenisasi terus muncul. Namun, Singapura yang dulunya dianggap sebagai pusat internasional Web3, kini menghadapi tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Dalam beberapa tahun terakhir, beberapa perusahaan Web3 terkenal memilih untuk meninggalkan Singapura dan memindahkan markas mereka ke negara lain. Misalnya, platform kontrak pintar Zilliqa pindah ke London, protokol bursa terdesentralisasi Kyber Network pindah ke Israel, platform layanan cryptocurrency pindah ke Hong Kong, dan platform pertukaran data blockchain Interconnections pindah ke Australia. Tren ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan industri tentang prospek pengembangan sektor Web3 di Singapura.
Perubahan lingkungan kebijakan adalah salah satu faktor penting yang menyebabkan fenomena ini. Pada Januari 2020, Singapura menerapkan "Undang-Undang Layanan Pembayaran", yang memberikan sistem lisensi untuk layanan token pembayaran digital, yang sempat dianggap sebagai dukungan untuk industri Web3. Namun, pada Oktober 2022, Otoritas Moneter Singapura mengusulkan serangkaian langkah regulasi yang bertujuan untuk melindungi konsumen dan mencegah risiko, langkah-langkah ini dapat meningkatkan biaya operasional dan risiko kepatuhan bagi perusahaan, serta mengurangi vitalitas pasar.
Sementara itu, wilayah lain sedang aktif memajukan kebijakan yang ramah Web3. Misalnya, Hong Kong berencana untuk menerapkan sistem lisensi aset virtual baru pada Juni 2023, yang memungkinkan platform yang berlisensi untuk menyediakan layanan kepada investor ritel dan membuka perdagangan derivatif. Perbandingan ini membuat lingkungan kebijakan Singapura terlihat relatif konservatif.
Arah aliran dana juga merupakan faktor kunci. Pada paruh kedua tahun 2022, ketidakpastian ekonomi global meningkat, dan volatilitas pasar cryptocurrency semakin meningkat, yang menyebabkan sebagian dana ditarik dari bidang Web3 atau mengurangi investasi. Sementara itu, negara dan wilayah lain menawarkan insentif pajak dan kebijakan subsidi yang lebih menarik. Misalnya, Swiss telah mengesahkan "Undang-Undang Blockchain", yang memberikan kerangka hukum yang jelas dan ramah bagi perusahaan Web3, serta memiliki bank cryptocurrency terbesar di dunia yang menyediakan layanan profesional untuk perusahaan Web3.
Kehilangan bakat juga merupakan tantangan yang dihadapi Singapura. Pada paruh kedua tahun 2022, Singapura memperketat kebijakan pembatasan terhadap populasi asing, sementara permintaan untuk bakat Web3 meningkat di daerah lain. Misalnya, Estonia meluncurkan visa pengembara digital yang memungkinkan pekerja jarak jauh untuk tinggal lama di negara tersebut dan menikmati layanan digital serta kesejahteraan sosial.
Selain itu, biaya hidup yang tinggi di Singapura juga merupakan faktor yang tidak dapat diabaikan. Dilaporkan bahwa individu lajang memerlukan sekitar 3.300 dolar Singapura per bulan untuk biaya hidup, sedangkan keluarga dengan tiga orang memerlukan sekitar 4.800 dolar Singapura, tidak termasuk biaya pendidikan. Sebagai perbandingan, negara-negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, dan Indonesia menawarkan biaya hidup yang lebih rendah, menarik beberapa pelaku Web3.
Menghadapi tantangan ini, Singapura perlu meninjau kembali strategi Web3-nya, menemukan keseimbangan antara melindungi kepentingan investor dan mendorong inovasi industri. Sementara itu, penguatan pengembangan bakat, pengoptimalan lingkungan bisnis, dan penyediaan dukungan kebijakan yang lebih kompetitif akan menjadi kunci. Meskipun saat ini menghadapi kesulitan, berkat fondasi keuangan yang kuat dan kemampuan inovasi teknologi, Singapura masih memiliki potensi untuk memainkan peran penting dalam ekosistem Web3 global.